Bab 30 – Terbang dalam Senyap
Langit malam masih menyala merah jauh di belakang mereka.
Flezar, naga es muda itu, mengepakkan sayapnya sekuat tenaga. Tubuh besarnya melesat di antara awan, membawa Silent Bell di punggungnya. Angin malam mengiris kulit dan sisik mereka, sementara sisa-sisa kehancuran masih terasa menggantung di udara.
Mereka terbang.
Terbang tanpa menoleh ke belakang, terbang meninggalkan medan perang yang telah berubah menjadi neraka.
Tujuh hari penuh mereka berpindah dari satu titik ke titik lain, menghindari wilayah manusia, monster, dan—terutama—pemburu naga.
Mereka jarang berbicara. Tak ada waktu untuk kata-kata.
Setiap malam, Flezar mendarat di atas tebing tinggi, merenungi kekuatan yang melampaui logika.
Reaktor Mana.
Sebuah kekuatan yang sangat langka, bahkan di antara para naga sejati.
Itu bukan kekuatan biasa—itu adalah ciri khas dari para True Dragon.
Empat naga kuno, pilar dunia ini:
Naga Kecepatan,
Naga Hangus,
Naga Beku Mutlak,
dan Naga Badai Energi Murni.
Mereka adalah legenda hidup, makhluk yang tak dapat dijelaskan oleh nalar biasa.
Tapi malam itu, seorang setengah manusia—seorang gadis muda bernama Vilma—telah memanggil kekuatan yang serupa.
Bukan bayangan. Bukan kebetulan.
Flezar menyaksikannya sendiri.
Namun Flezar tidak mengatakannya kepada Silent Bell.
Bahkan kepada dirinya sendiri, ia masih sulit mempercayai apa yang telah dilihat.
---
Di malam ketujuh, mereka tiba di sebuah pos rahasia.
Sebuah benteng tersembunyi di balik kabut abadi, dilindungi oleh sihir kuno dan penjaga-penjaga bayangan.
Silent Bell segera melapor.
"Misi gagal. Unit Elarion... hancur. Target tidak bisa dikendalikan."
Laporan itu menggantung berat di udara.
Para petinggi—prajurit elit dan penyihir dalam jubah keunguan—mendengarkan dengan ekspresi kelam.
Mereka mencatat setiap rincian:
Tentang kekuatan brutal Vilma,
Tentang pengkhianatan Elarion yang berujung kematian,
Tentang kehancuran total pasukan reguler.
Namun ada satu hal penting yang tidak pernah keluar dari mulut Flezar:
Tentang Reaktor Mana itu.
Tentang bagaimana aura Vilma menggema seperti bisikan zaman kuno—seperti gema para True Dragon yang mengubah dunia.
Flezar memilih diam.
Bukan karena takut. Tapi karena rasa penasaran.
Dan di balik rasa penasaran itu, tersembunyi sebuah keinginan kecil— keinginan untuk melihat lebih jauh... ...mungkin juga untuk mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri.
---
Malam itu, di puncak menara benteng, Flezar menatap bintang-bintang yang redup.
Matanya, yang biasanya dingin, kini berkilat tipis.
"Vilma... Grub Elang... Apa sebenarnya kalian?"
Bisikannya tertelan oleh angin malam.
Di dalam hatinya, Flezar mulai merajut rencana yang bisa mengubah jalannya dunia.
---
Riak Pertama – Kanao Amari
Di tempat lain, jauh dari benteng tempat laporan disusun,
dalam ruang pertemuan tersembunyi di reruntuhan kota tua,
Kanao Amari duduk bersama rekan-rekannya.
Berita tentang kegagalan misi penangkapan Erelya baru saja tiba.
"Elarion mati... dan sebagian besar Unit Asura... musnah?"
Seorang pria jangkung dengan mata tajam bertanya pelan.
Kanao mengangguk, wajahnya tetap tenang meski hatinya terasa mengeras.
"Bukan semua," jawabnya, suaranya tajam.
"Yang selamat hanya dua. Frelzar si Naga Es... dan Ruvell, Silent Bell."
Keheningan berat melanda ruangan itu.
Unit Asura, kebanggaan Dewan, elit yang dirancang untuk memburu monster dan iblis terkuat,
sekarang tersisa hanya dua orang.
Kanao menyandarkan punggungnya ke kursi, jemarinya mengetuk-ngetuk sandaran.
"Vilma..." gumamnya perlahan.
"Bagaimana bisa? Mengalahkan mereka sendirian?"
Dia mengenal kemampuan Unit Asura—
seandainya dirinya pun dikepung penuh oleh mereka, ia tahu akan kesulitan bertahan hidup.
Namun Vilma... entah bagaimana...
menghancurkan mereka semua.
Ada sesuatu dalam diri gadis itu.
Sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari sekadar darah naga.
Dan Kanao... mulai merasa tertarik untuk mencari tahu lebih dalam.
---
Gerakan dalam Bayangan – Kael
Di dalam istana megah Rubelion,
Kael, Kapten Pasukan Khusus Kerajaan Rubelion,
menerima laporan dari seorang informan.
Sang informan berlutut di hadapannya, suaranya tergesa.
"Tuanku... kami mendapat kabar dari beberapa pedagang dan pemburu...
Grup Elang terlihat di sekitar Desa Elf di Hutan Finrena."
Kael mengernyit.
Grup Elang.
Mereka yang hilang tanpa jejak setelah kekacauan dua tahun lalu,
kini kembali muncul di tempat paling berbahaya.
"Tempat itu... di luar jangkauan Rubelion," gumam Kael.
Namun ia tahu, membiarkan mereka bergerak bebas bisa menjadi kesalahan fatal.
"Siapkan unit mata-mata," perintah Kael dingin.
"Amati setiap gerakan mereka. Jangan buat keributan."
Ajudannya membungkuk dalam, lalu bergegas pergi.
Kael tetap berdiri, menatap peta besar yang membentang di meja.
Desa Elf bukan sekadar pemukiman biasa.
Itu benteng alami ras yang tidak mudah ditundukkan.
Jika Grup Elang mencari perlindungan di sana,
Rubelion mungkin harus mempertimbangkan kembali seluruh strateginya.
Kael menggenggam pedangnya erat.
"Badai sudah dekat..." bisiknya.
Dan kali ini, tidak ada tempat untuk bersembunyi.
---
Pertemuan Tak Sengaja – Frelzar dan Ruvell
Di tengah hutan yang dipenuhi kabut,
Frelzar, sang Naga Es, dan Ruvell, pemilik Silent Bell, terbang dengan cepat.
Frelzar, meskipun diliputi kecemasan, masih mampu mengendalikan kekuatan dinginnya yang luar biasa, sementara Ruvell tetap tenang meski jelas ada ketegangan yang tergambar di wajahnya.
Mereka berdua melarikan diri dari Unit Asura yang telah dihancurkan oleh Vilma, berusaha menjauh dan menghindari pertempuran lebih lanjut.
Namun, saat mereka terbang melintasi langit, mereka tidak menyadari bahwa pasukan mata-mata Kael sedang mengintai di bawah mereka, mengamati dengan seksama pergerakan mereka. Mata-mata itu telah menyadari adanya kehadiran mereka dan mulai mengikuti tanpa menarik perhatian.
Frelzar, yang sedang terbang tinggi, memanfaatkan kecepatan dan kekuatan anginnya untuk melaju lebih cepat,
namun tiba-tiba ia merasakan kehadiran yang mencurigakan. Mata-mata Kael melihat sekilas sosok besar yang terbang di langit dan segera melaporkan kepada komandan mereka.
"Ada naga terbang ke arah utara!" lapor salah satu dari mereka, dengan suara tergesa.
Frelzar memperhatikan dengan waspada, tetapi tidak segera mengubah arahnya.
Dia tidak tahu bahwa ia sedang diawasi oleh orang-orang yang berusaha mencari tahu lebih banyak tentang dirinya dan Ruvell, apalagi tentang hubungannya dengan Vilma.
---
Kael – Obsesi Mencari Vilma
Sementara itu, Kael, yang tengah berada di markas, memeriksa laporan dari mata-matanya.
Satu laporan menarik perhatian Kael, yang menyebutkan bahwa sebuah naga terbang ke arah utara.
Mendengar kata "naga", Kael langsung tertarik. Setelah semua yang terjadi dengan Vilma, ia merasa bahwa keberadaan naga es yang legendaris, Frelzar, mungkin lebih penting daripada yang ia kira.
"Frelzar..." Kael merenung, "Naga es yang terkenal karena menghancurkan Raja Goblin... Apa yang dia lakukan di sini?"
Kael merasa penasaran, mengingat naga ini adalah sosok yang telah lama terkenal di kalangan kerajaan dan militer. Dengan kekuatannya, Frelzar bisa saja menjadi ancaman besar. Namun, ada satu hal yang lebih menarik perhatian Kael.
"Dan itu... Silent Bell," gumam Kael dengan sedikit senyum di wajahnya.
Ruvell, pemilik Silent Bell, terkenal dengan kekuatannya yang luar biasa, yang dapat memanipulasi ruang dan menguras energi lawan. Silent Bell adalah senjata yang mengerikan, salah satu dari 10 Senjata Unik, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan penjara ruang yang menahan pergerakan lawan dan memberikan efek debuff energi yang perlahan-lahan melemahkan kekuatan musuh.
Kael merasa bahwa jika naga ini sedang melarikan diri, ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.
"Apakah mereka bersembunyi dari sesuatu? Atau ada sesuatu yang lebih mereka takutkan?" tanya Kael dalam hati, semakin terobsesi dengan pemikiran tentang Vilma dan para naga yang terlibat dalam konflik ini.
Dengan rasa penasaran yang semakin besar, Kael mengutus beberapa mata-matanya untuk terus mengikuti Frelzar dan Ruvell.
Ia harus mengetahui lebih banyak—terutama tentang keberadaan Vilma, yang semakin mengganggu pikirannya.
---
Mata-mata Kael kini mulai bergerak lebih hati-hati, mencoba mendekati Frelzar tanpa ketahuan.
Mereka tidak tahu bahwa keberadaan mereka sudah mulai terdeteksi oleh Ruvell, pemilik Silent Bell, meski Ruvell sengaja tidak menanggapinya dengan langsung menyerang.
Frelzar, meski terbang dalam kecemasan, masih memanfaatkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk menjaga jarak.
Kael, dengan obsesi yang semakin mendalam, merasa ada sesuatu yang sangat penting yang harus ia ketahui tentang naga ini dan para pengikutnya.
---
Lanjutannya?
Kael — Rencana Baru
Di ruang pertemuan rahasia, Kael duduk sendiri, membaca semua laporan yang diterima dari para mata-matanya.
Berulang kali ia membaca tentang keberadaan Grup Elang, tentang Vilma, dan tentang para naga yang kini tampaknya bergerak di sekitar desa para elf: Elandrial.
Wajahnya tampak serius. Matanya menyipit, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan.
"Jika mereka benar-benar bersembunyi di desa itu..." gumam Kael sambil mengepalkan tinjunya.
"Elandrial... itu desa utama kaum elf di hutan Finrena, bukan? Jika aku menghancurkan tempat itu, mungkin aku bisa memaksa mereka keluar."
Pikiran Kael dipenuhi strategi. Ia tahu bahwa menghancurkan desa elf bukan keputusan kecil — kaum elf memang jarang berkonflik langsung dengan manusia, tetapi kekuatan mereka tidak bisa diremehkan.
Namun, Kael tak peduli. Yang ia inginkan hanyalah Vilma.
Obsesi aneh yang membara dalam dirinya sudah mengaburkan semua pertimbangan politik atau diplomatik.
Ia memanggil beberapa perwira kepercayaannya.
"Aku ingin kalian menyusun peta detail tentang Elandrial.
Semua jalur masuk, jalur keluar, jumlah penduduk, pertahanan sihir, siapa pemimpinnya. Aku mau semuanya!"
Suaranya keras, penuh tekad. Para perwira itu langsung bergerak tanpa banyak tanya, meskipun dalam hati mereka merasa ragu.
Kael kemudian berdiri, menatap peta besar yang tergantung di dinding, memperhatikan letak Hutan Finrena.
Dia tahu serangan langsung akan memicu reaksi besar dari para elf.
Namun, dalam pikirannya, selama Vilma dan Grup Elang ada di sana, serangan itu sepadan.
"Aku akan membuat mereka keluar dari lubang persembunyian mereka... lalu menangkapnya dengan tanganku sendiri."
Kael, dalam obsesi butanya, bahkan tidak lagi bertindak untuk Kerajaan Rubelion.
Kini, ia bertindak atas kehendak pribadinya — mencari Vilma, makhluk setengah naga yang baginya adalah "kunci" untuk sesuatu yang bahkan dia sendiri belum sepenuhnya pahami.
---